Pontianak - Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji berharap Satono dan Fahrur Rofi sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sambas hingga 2024 bisa melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh bupati sebelumnya.
Pergantian kepemimpinan di daerah atau dimana pun bukan berarti menghilangkan atau membuat model baru sendiri dalam keberlanjutan pembangunan satu daerah.Tapi bagaimana bupati bisa menyesuaikan dengan visi misi pada RPJMND kepala daerah, tapi tidak menghilangkan semuanya.
Hal itu disampaikan Sutarmidji saat pelantikan Bupati dan Wakil Bupati (Wabup) Kabupaten Sambas, Satono dan Fahrur Rofi, di Balai Petitih Kantor Gubernur Kalbar, Senin (14/6/2021).
Satono dan Fahrur merupakan Bupati dan Wabup Sambas yang terpilih melalui hasil pemilihan serentak tahun 2020. Jabatan Bupati dan Wabup ini akan diemban selama periode 2020 hingga 2026 mendatang.
Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, yang memimpin jalannya pelantikan, mengucapkan selamat kepada Bupati dan Wabup Sambas yang terpilih. "Selamat menjalankan tugas kepada Pak Sartono dan Pak Fahrur, saya berharap Bapak bisa melanjutkan apa yang sudah dikerjakan periode sebelumnya dengan tetap berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau RPJM," ujarnya.
Sutarmidji juga menitipkan beberapa tugas penting untuk Satono dan Fahrur, salah satunya adalah menjadikan Kabupaten Sambas menjadi sentra produksi beras di Kalbar.
Seperti yang diketahui, Presiden Joko Widodo mempunyai agenda pembangunan nasional alam untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia yaitu program unggulan yang bernama Tanah Obyek Reforman Agraria (Tora). Melalui Tora, Sutarmidji mengharapkan tanah yang ada dikembangkan untuk komoditi yang paling nyata di lapangan, yaitu beras.
Selain itu, Sutarmidji juga meminta supaya pariwisata Sambas diperhatikan. Dikatakannya, Kabupaten Sambas berpotensi di sektor pariwisata yang dapat dikembangkan karena ada keterkaitan budaya yang sama dengan negara Malaysia dan Brunai.
“Sehingga kalau jalan ke Temajuk sudah bagus nantinya penataan situs yang ada di Sambas perlu ditingkatkan,” ujarnya.
“Karena Kabupaten Sambas punya ikatan budaya dengan Malaysia dan Brunai, sehingga bisa menarik wisatawan dari sana. Karena celah fiskal Sambas itu lemah. PAD-nya tidak sampai 10 persen dari APBD. Jadi sangat tergantung pada pusat, saya harap ini bisa jadi perhatian,” tegas Sutarmidji.